PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS
Penjiwaan
Etika
Sepanjang perjalanan sejarah, kegiatan perdagangan atau
bisnis tidak pernah lepas dari sisi etika karena bisnis selalu berhubungan
dengan interaksi antar insan. Penjiwaan etika dalam bisnis sama usianya dengan
bisnis itu sendiri. Sejak manusia mulai berniaga mereka tahu tentang
kemungkinan timbulnya penipuan. Etika menjiwai interaksi bisnis sebagaimana
bidang lain dalam kehidupan manusia seperti politik, keluarga, seksualitas,
berbagai profesi, dan sebagainya yang selalu memiliki dasar etika didalam
pelaksanaannya.
Kebudayaan
Yunani Kuno
Masyarakat Yunani kuno pada umumnya menilai buruk terhadap
kegiatan dagang dan kekayaan.Warga negara seharusnya mencurahkan perhatian dan
waktunya untuk kesenian dan ilmu pengetahuan serta filsafat, di samping memberi
sumbangsih kepada pengurusan negara dan dalam keadaan mendesak turut membela
negara.Namun perdagangan sebaiknya diserahkan kepada orang-orang asing dan
pendatang.
Agama
Kristen
Dalam kitab suci agama Kristen perjanjian lamamaupun
perjanjian baru terdapat berbagai pernyataankritikan terhadap upaya kepemilikan
kekayaan dan uang, para orang kaya diminta membuka hatinya untuk mendermakan
sebagian kekayaannya kepada kaum miskin, janda dan yatim piatu, serta untuk
mereka yang mengalami penderitaan dalam perjuangan hidup di dunia ini.
Agama
Islam
Menurut catatan peristiwa dalam sejarah, agama Islam
memiliki pandangan lebih positif dan membangun terhadap image perdagangan dan
kegiatan ekonomis. Islam tidak memperkenankan diberlakukan perdangan secara
„riba‟ karena
merugikan orang lain.Islam mewajibkan pemberian zakat fitrah kepada orang tidak
berpunya karena hal tersebut menolong kehidupan orang miskin.Selain itu
dianjurkan pula kepada orang Islam untuk memberikan sebagian hartanya kepada
orang yang membutuhkannya.Islam berpendapat bisnis dapat dilakukan sepanjang
saling memberikan keuntungan kepada pihak yang berdagang.Islam tidak mencurigai
kegiatan bisnis sekalipun di era awal Islam modern.Nabi Muhammad S.A.W sendiri
adalah seorang pedagang, ajaran agama Islam diawali dan disebarluaskan terutama
melalui para pedagang.
Kebudayaan
Jawa
Dalam tradisi kebudayaan Jawa, mayoritas masyarakat
mencurigai kemunculan dan kepemilikan kekayaan.Pandangan demikian tentu tidak
kondusif dan menghambat laju kemajuan serta semangat kewiraswastaan.Pandangan
masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa kekayaantidak dihargai sebagai hasil
jerih payah seseorang atau sebagai prestasi dalam berusaha.
Kemunculan
Etika Bisnis
Etika bisnis pertama kali timbul di Amerika Serikat di tahun
1970-an dan cepat meluas ke belahan dunia lain. Berabad-abad lamanya etika
dibicarakan secara ilmiah membahas mengenai masalah ekonomi dan bisnis sebagai
salah satu topik penting untuk dikembangkan dizaman bisnis modern. Filsafat
berkembang dizaman filsuf Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
membahas bagaimana pengaturan interaksi kehidupan bisnis manusia bersama dalam
Negara, ekonomi dan kegiatan niaga. Filsafat dan teologi zaman pertengahan
serta kelompok Kristen maupun Islam tetap mambahas hal yang dianggap penting
tersebut.Moralitas ekonomi dan bisnis merupakan pembahasan intensif filsafat
dan teologi zaman modern.
Para
ilmuwan, filsuf dan pebisnis Amerika Serikat dan negara lain di dunia
mendiskusikan etika bisnis sehubungan dengan konteks agama dan teologi sampai
sekarang.
Perkembangan
Etika Bisnis 1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira-kira sepuluh tahun kemudian, diawali oleh Inggris yang secara geografis
maupun kultural paling dekat dengan Amerika Serikat, disusul kemudian oleh
negara-negara Eropa Barat lainnya.
Kini
etika bisnis bisa dipelajari, dan dikembangkan di seluruh dunia.Kita mendengar
tentang kehadiran etikabisnis di Amerika Latin, Asia, Eropa Timur, dan di
kawasan dunia lainnya.Sejak dimulainya liberalisasi ekonomi di Eropa Timur, dan
runtuhnya sistem politik dan ekonomi komunisme tahun 1980-an, Rusia dan negara
eks-komunis lainnya merasakan manfaat etika bisnis, pemahaman etika bisnis mendorong
peralihan sistem sosialis ke ekonomi pasar bebas berjalan lebih lancar.
Etika bisnis sangat diperlukan semua orang dan sudah menjadi
kajian ilmiah meluas dan dalam.Etika bisnis semakin dapat disejajarkan diantara
ilmu-ilmu lain yang sudah mapan dan memiliki ciri-ciri khusus sebagai sebuah
cabang ilmu.
Pengertian
Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral
yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa ialah pengetahuan tentang
cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal serta implementasi norma dan moralitas
untuk menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
PERKEMBANGAN
ETIKA BISNIS
Berikut
perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1.
Situasi Dahulu
Pada
awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara
dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan: tahun 1960-an ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan
otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis),
penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada
dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru
dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling
sering dibahas adalahcorporate social responsibility.
3.
Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an sejumlah filsuf mulai terlibat dalam
memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia
bisnis di AS.
4.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis
sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum
pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang
disebut European Business Ethics Network(EBEN).
5.
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an tidak terbatas lagi pada
dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah
didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE)
pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
Etika
Dalam Dunia Bisnis
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang
merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia
bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat
akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang
terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada
dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya.
Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara
pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan
internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis
perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha,
pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja
yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka
inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui
adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis
tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu
etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan
pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada
suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
ialah:
Ø Pengendalian diri.
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan
pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku
bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan
menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan
menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu
merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan
kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etis”.
Ø Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility).
Pelaku bisnis disini dituntut untuk
peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh
kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga
yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan
kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk
meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku
bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab
terhadap masyarakat sekitarnya.
Ø Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.
Bukan berarti etika bisnis anti
perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak
kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan
teknologi.
Ø Menciptakan persaingan yang sehat.
Persaingan dalam dunia bisnis perlu
untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak
mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada
kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
Ø Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”.
Dunia bisnis seharusnya tidak
memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan
bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis
dituntut tidak meng-“ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang
semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang
walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
Ø Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi dan Komisi).
Jika pelaku bisnis sudah mampu
menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang
dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
Ø Mampu menyatakan yang benar itu benar.
Artinya, kalau pelaku bisnis itu
memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan
tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta
melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
Ø Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha
kuat dan golongan pengusaha kebawah.
Untuk menciptakan kondisi bisnis
yang “kondusif” harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat
dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama
dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini
kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah
waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan
berkiprah dalam dunia bisnis.
Ø Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah
disepakati bersama.
Semua konsep etika bisnis yang telah
ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen
dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis
telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak
yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas
semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu.
Ø Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa
yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh
semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam
berbisnis.
Ø Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam
suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Hal
ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
“proteksi” terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral
dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua
pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini.
Dengan
adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah
satu kendala dalam menghadapi tahun 2000 dapat diatasi.
Alasan perlunya etika dalam bisnis:
· Kinerja bisnis tidak hanya diukur dari kinerja manajerial /
finansial saja tetapi juga berkaitan dengan komitmen moral, integritas moral,
pelayanan, jaminan mutu dan tanggung jawab sosial.
· Dengan persaingan yang ketat, pelaku bisnis sadar bahwa
konsumen adalah raja sehingga perusahaan harus bisa merebut dan mempertahankan
kepercayaan konsumen.
· Perusahaan semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga
kerja yang siap untuk dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan semaksimnal
mungkin. Karyawan adalah subyek utama yang menentukan keberlangsungan bisnis
sehingga harus dijaga dan dipertahankan.
· Perlunya menjalankan bisnis dengan tidak merugikan hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnis.
Sumber
:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0CGcQFjAJahUKEwjb2KuPhszIAhVKkI4KHWV-BgI&url=http%3A%2F%2Fdosen.univpancasila.ac.id%2Fdosenfile%2F1190211015138487302619November2013.pdf&usg=AFQjCNG4Rq5o9aT9WjLIkwu-kh-FzF3tjw&sig2=k2eTb0ud8L8OlEoiLFdrQQ
https://melvinaliciouz.wordpress.com/2012/03/27/etika-bisnis-dan-perkembangannya/
Comments
Post a Comment